Aceng sang ‘Seniman Tanpa Tangan’ Berpulang

dokumentasi. ACENG. Aksi Aceng saat memainkan bas dan saat memotivasi penyandang difabilitas lainnya(bersalaman dengan kaki). Dokumentasi Erwin abdillah

dokumentasi. ACENG. Aksi Aceng saat memainkan bas dan saat memotivasi penyandang difabilitas lainnya(bersalaman dengan kaki). Dokumentasi Erwin abdillah

Duka menyelimuti Wonosobo dengan berpulangnya Aceng Dani Setiawan ke hadirat-Nya pada Rabu(10/6) malam pukul 20.15 WIB di RSUD Wonosobo.  Seorang seniman serba bisa asal Wonosobo tersebut meninggal karena penyaklit diabetes yang sudah lama dideritanya. Meskipun tidak memiliki dua tangan, Aceng dikenal sebagai seniman multitalenta dan seorang sosok yang pemberani. Betapa tidak, bapak satu anak itu bisa memainkan gitar, drum, mengetik, bahkan menyetir mobil dengan kedua kakinya.

Pria kelahiran Wonosobo 12 Desember 1973 itu memiliki kelebihan di bidang seni dan telah berhasil tampil bersama beberapa selebriti papan atas Indonesia termasuk band Noah, De Massive, dan pernah tampil di acara Kick Andy. Kegigihan seorang Aceng juga terekam di beberapa stasiun TV Nasional lain yang menampilkan Aceng ketika memainkan gitar dan bas.

Aceng telah membuktikan pada Indonesia, bahkan dunia bahwa tanpa mempunyai kedua tangan sejak lahir bukan berarti tidak bisa menjadi hebat, hinaan di sekeliling yang diterimanya sejak kecil tidak membuatnya menujadi kecil hati, hal tersebut disampaikan seorang rekannya Ahmad Baehaki yang mengabarkan berita meninggalnya Aceng melalui Sosial media.

“Tuhan mengirim kamu, Ceng, agar kami belajar bersyukur, belajar tabah, belajar gagah, belajar gigih, belajar berani menjalani takdir kehidupan yg sunyi dan getir. Bagi kami, kamu adalah guru, Ceng, seguru-gurunya. Tabik kami sepenuh seluruh!” kutipan dari ungkapan kehilangan Baehaki.

Jenazah Aceng dimakamkan Kamis (11/6)  pukul 11.00 WIB di TPU Mainan Wonosobo  dan rumah duka di Puntuksari Wonosobo yang menjadi kediamannya selama ini. Sementara itu, Sumali, salah satu sahabatnya yang seorang jurnalis, Alm Aceng telah berencana ingin memecahkan rekor Muri dengan mengemudi menggunakan kaki.

“Dua minggu lalu, sebelum meninggal Aceng sempat menelpon saya. Dia bercerita sudah mendapatkan SIM, ini bagian dari mimpi Aceng yang akan menyetir mobil menggunakan kaki dari Borobudur menuju Istana Merdeka Jakarta. Ditengah menelpon, Aceng selalu menyelipkan tanya “foto2ne nyong igen si bos? Disimpenke mengko nggo anake Nyong” (Foto-fotoku masih ada kan? Tolong disimpan untuk anakku),” pesan terakhirnya untuk Sumali.

Selepas pemakaman, para sahabat Aceng bersepakat untuk menyusun sebuah buku biografi memorabilia tentang Aceng yang harapannya dapat diterbitkan saat peringatan 1000 hari meninggalnya sang sahabat. Kisah hidup Aceng yang penuh liku dan sangat menginspirasi para sahabatnya. Bagi banyak orang, Aceng juga menjadi sosok yang mengajarkan ‘jabat kaki’, sebagai symbol bahwa apapun bisa diraih ketika berusaha sungguh-sungguh. (win)

Leave a comment